table of content          about         contact

perjalanan 20 tahun linux

seperti kebanyakan anak muda, dulu akupun suka teriak-teriak "ayo pake linux" "masyarakatkan linux, linuxkan lembaga eh masyarakat" dll

sekarang mungkin sudah waktunya alih generasi, tapi ada satu hal yang nggak boleh berubah, belajar ! belajar apapun nggak ada batasnya, nggak ada habisnya. linuxpun begitu, jika pengguna linux sekarang yang begitu jalankan livecd/liveusb installer sudah langsung bisa menikmati desktop, bahkan soundcard, wifi, lan card, modem, lebih 90% bisa terdeteksi dengan baik, maka mungkin jika ada yang belum terdeteksi akan mudah diatasi dengan beberapa langkah, tapi nggak cukup sampai di situ, ketahuilah dengan adanya berbagai kemudahan yang tersedia maka jika kita mengalami masalah yang nggak teratasi dengan sekedar tips&trick kita akan mudah menyerah, maka boleh dikata keuntungan terbesar justru didapat para pengguna linux generasi 10-15 tahun yang lalu di mana masih banyak kesulitan yang harus diatasi dengan mengedit file-file konfigurasi secara plain, bahkan sering juga ditemui kasus yang harus diatasi dengan editing source code (bahasa kerennya coding/patching) diikuti dengan kompilasi/debug baik di level aplikasi maupun level kernel.

sekedar bahan renungan, ketika aku masih mulai belajar menggunakan linux, 15 tahun yang lalu, linux sendiri waktu itu sudah berumur 5 tahun, distro pertama saya kenal adalah slackware (sebelumnya bernama sls, katanya sih), media instalasi slackware terdiri dari 160 disket 3.5", (1 box isi 10 disket, jadi media installer ini jumlahnya sekardus mie instan deh, sekarang mau nyari sebijipun sudah nggak ada yang jual kayaknya), instalasi paket a, ap dan x berjalan lancar sih, tapi untuk menjalankan x11 (sekarang diganti x.org) kita butuh mengedit xf86config dengan berbagai opsi di dalamnya, jika beruntung setelah beberapa kali mengedit ulang segera xwindow akan bisa tampil, tapi jika nggak beruntung seterusnyapun hanya bisa menatap terminal hitam putih, bahkan ada seorang teman ada yang melakukan kesalahan pengaturan frekuensi yang terlalu tinggi dan tentu saja menyebabkan panas berlebihan, akibatnya monitornya sukses terbakar.

aku tidak pernah menertawakan teman ini, aku juga berharap siapapun jangan menertawakannya, kenapa ? teman ini bukan sekedar pengguna biasa, dia punya kontribusi yang cukup besar di dunia opensource (dalam kejadian ini dia menggunakan slack juga, meskipun dia lebih banyak menggunakan freebsd baik di komputer pribadinya maupun di lab), satu dua kesalahan konfigurasi adalah wajar, kalo mau menertawakan orang cobalah kita tertawakan diri sendiri, caranya ? coba kita tanyakan kita pernah memberikan kontribusi apa ?


10 tahun yang lalu sudah mendingan, kebanyakan instalasi sudah berbasis gui, setidaknya bagi end user tentu lebih mudah, meskipun demikian masih banyak yang belum mature, misalnya desktop kde maupun gnome meskipun sudah beberapa kali mengeluarkan versi release namun menurutku (pendapat pribadi) baru bisa dikategorikan versi beta atau paling banter release candidate 1, kde lebih banyak dilaporkan crash, kadang sampai menyebabkan corupt, gnome juga meskipun masih lebih jarang kadang mengalami hal yang sama.

5 tahun yang lalu, yakni setelah ulang tahun linux ke 15 barulah boleh dibilang semuanya cukup mature, sebagai catatan linux hanyalah kernel, secara teknis pengembangannya nggak ada hubungannya dengan kde-gnome, tapi secara realistis penggunaannya hubungannya sangat erat, karena dalam berinteraksi user nggak akan pernah berhadapan langsung dengan kernel, tapi dia hanya menghadapi desktop environment (lingkungan desktop), tapi itu jika user adalah user, jika user adalah 'linux user' tentu harus memiliki pola yang lebih luas daripada sekedar user, eh apa bedanya user dengan linux user ?

agustus kemarin adalah ulang tahun linux ke 20, pada umur 20 seharusnya memang linux sudah cukup dewasa kan, setidaknya bisa memilih mata kuliah sendiri, memilih pacar sendiri, memilih kost sendiri, memilih laptop sendiri loh anake sopo to iki ?